Salah satu fungsi atap pada suatu
bangunan adalah untuk melindungi penghuni dan konstruksi bangunan dari
perubahan cuaca yakni panas dan hujan. Perlindungan dari panas, tidak
diperlukan persyaratan pengatapan yang relatif susah. Asalkan atap mampu
menutup dan menghalangi sinar matahari, maka penghuni dan konstruksi
akan terlindungi dari panas sinar matahari langsung.
Apabila berfungsi sebagai pelindung dari
air hujan, maka atap harus direncanakan dan dibuat dengan persyaratan
yang lebih baik, karena harus benar-banar mampu menahan masuknya air ke
dalam konstruksi bangunan. Sedangkan air mempunyai sifat kapilaritas,
dimana dapat masuk melalui pori-pori sekecil apapun dan dapat berupa
rembesan. Apalagi bila atap mengalami kebocoran atau retakan, maka
masuknya air ke dalam bangunan akan berdampak pada penurunan kualitas
material, mengganggu aktifitas penghuni dan yang juga membahayakan
adalah terjadi konsleiting aliran listrik.
Oleh karenanya, konstruksi dan penutup
atap yang langsung berhubungan dengan cuaca tersebut, secara berkala
harus selalu diperiksa agar tetap dapat berfungsi melindungan dari panas
dan hujan dengan baik.
Apalagi pada musim hujan saat ini,
biasanya juga dilakukan untuk melihat dan mengevaluasi apakah atap
mengalami kebocoran atau rembesan. Apabila ada kebocoran air saat hujan
pada atap, maka harus dicari penyebabnya, sehingga penanganan apa yang
diperlukan untuk mengatasi kebocoran tersebut dapat dilakukan dengan
tepat.
Secara umum ada empat hal perlu
diperhatikan saat memeriksa terjadinya kebocoran pada atap yakni hal-hal
yang berkaitan dengan konstruksi atap, kesalahan pemasangan penutup
atap, pemilihan material penutup atap, dan degradasi/kerusakan material
penutup atap akibat pemakaian/cuaca.
Penentuan konstruksi atap merupakan hal
yang cukup penting dalam menentukan tingkat perlindungan terhadap cuaca,
terutama bocornya air hujan. Untuk konstruksi atap dengan jenis penutup
atap dari genting (tanah liat, beton, kalsit) dengan ukuran yang tidak
lebar, maka diperlukan kemiringan yang tidak landai (sekitar 25-45
derajat) agar air hujan dapat mengalir lebih cepat dan tidak menimbulkan
tempias yang berlebihan apabila hujannya disertai dengan angin kencang.
Untuk pemasangan genting dengan sudut yang cukup besar (curam), maka
untuk menghindari terlepasnya genting atau melorot, maka genting perlu
di paku ke penyangganya/reng. Sedangkan bila, digunakan atap dari
material asbes, seng gelombang, galvalum dengan lebar dan panjang yang
relatif besar, maka dapat dibuat konstruksi atap yang lebih landai,
karena kemungkinan terjadinya tempias relatif kecil dan aliran air juga
relatif lebih lancar.
Kebocoran atap juga dapat dihindari
dengan meminimalkan konstruksi dengan sambungan atap. Kebocoran dapat
ditimbulkan dari sambungan, minimalkan pemakaian sambungan antara atap
seperti penggunaan karpusan/nok, jurai atau model atap bertumpuk, karena
tiap pertemuan atap berpotensi untuk bocor. Atap dengan model pelana
paling ideal untuk mengurangi risiko bocor.
Kesalahan saat pemasangan penutup atap
juga dapat menimbulkan terjadinya bocoran air hujan. Hal ini dapat
terjadi karena tukang belum memahami spesifikasi dan tata cara pemsangan
penutup atap tersebut. Atau tukang kurang cermat saat mengejakan
lokasi-lokasi atap yang ‘rawan' terserang air hujan. Misalnya saja pada
lokasi bubungan/nok, sambungan tepi/gewel, lisplank dan talang. Pada
bagian bubungan/nok, yang jika dibuat terlalu tinggi maka akan rawan
retak sehingga berakibat bocor saat terkena air hujan. Solusinya adalah
dengan memberi lapisan kedap air semacam aquaproof atau talang karet pada bagian yang bocor tersebut.
Kaitannya dengan jenis material penutup
atap, material penutup atap memiliki karakter dan spesifikasi
sendiri-sendiri. Genting misalnya, antara genteng tanah liat dengan
genteng keramik jelas lebih baik genteng keramik untuk menahan air hujan
lantaran sifat kedap air dan desain interlocking yang dimilikinya. Hal
ini jelas berpengaruh pada toleransi kemiringan yang bisa diaplikasikan
pada rumah anda. Begitu pula dengan material yang lain semisal lembaran
galvanis dan asbes. Asbes mungkin jauh lebih murah namun daya tahan
terhadap cuaca jelas lebih kuat lembaran galvanis. Pemilihan kualitas
material yang asal-asalan jelas berpengaruh pada ketahanan terhadap
serangan air hujan.
Menurut Griya Karya Tim, atap merupakan
bagian dari struktur bangunan rumah yang paling menderita akibat cuaca,
karena terpapar panas matahari waktu musim kemarau dan terpapar air
waktu musim penghujan. Betapapun kuatnya material atap rumah anda, lama
kelamaan akan terdegradasi akibat cuaca. Akibat yang timbul pada
kerusakan ini biasanya berwujud retak pada sambungan tepi/gewel, retak
rambut pada genteng tanah liat, seng yang keropos/berkarat atau pudarnya
warna cat pelapis pada genteng beton. Solusi untuk hal ini adalah
dengan melakukan pemeliharaan berkala tiap tahun untuk memperpanjang
usia pakai/life time material atap. Misalnya saja mengecat genteng beton
dengan cat genteng, menambahkan lapisan waterproofing pada dak beton,
dan sebagainya.
Oleh : Achmad Basuki, ST. MT.
Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Minggu 09 Desember 2012